Riko Rivano:Direktur Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru Harusnya Bertanggungjawab Dan Minta Maaf Pada Keluarga Pasien

Riko Rivano:Direktur Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru Harusnya Bertanggungjawab Dan Minta Maaf Pada Keluarga Pasien

PEKANBARU, - "Harus pertanggungjawaban dari Direktur Rumah Sakit atas meninggal pasien nya. Jangan tertutup saja. Keluarganya pasien atas meninggal ini sangat terpukul. Jangan hanya minta maaf di media saja", kata Riko Rivano menjelaskan pada awak media Riaupdate.

Riko Rivano yang juga seorang lawyer sangat geram atas kasus menimpa keluarga Ahmad Nuradi.

"Memang ajal manusia Allah yang menentukan. Tapi ini dalam pengawasan rumah sakit. Harus ada transparansi dan kejelasan. Baik secara medis atau hukum yang berlaku. Karena yang meninggal ini manusia bukan binatang. Permintaan maaf pada keluarga harus dilakukan. Bukan melalui media", papar Riko lagi.

Di berita media online sigapnews sangat jelas menerangkan. Kasus kematian seorang pasien Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan Pekanbaru. Menyikapi kejanggalan tersebut, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Swadaya Masyarakat Barisan Suara Rakyat Bersatu (LSM-BERANTAS) bersama elemen mahasiswa dan masyarakat berencana menggelar aksi demonstrasi besar-besaran di Depan RSJ Tampan dan di Mapolda Riau, menuntut keadilan atas meninggalnya Ahmad Nuradi, warga Desa Muara Dilam, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau, yang terjadi pada Jumat (25/4/5) lalu. 

Rencana aksi ini disampaikan oleh Ketua Umum DPP LSM-BERANTAS melalui Kabid Humas dan Informasi, Erick D Simanjuntak, SH kepada sejumlah media pada Minggu (27/4/25) malam. 

Erick menegaskan bahwa pihaknya mendapat informasi mencengangkan dari keluarga korban yang mengindikasikan bahwa kematian Ahmad Nuradi bukanlah murni kasus bunuh diri seperti klaim pihak RSJ.

"Tim media kita hari ini sudah berkomunikasi dengan salah satu pihak keluarga almarhum. Mereka meyakini kematian Ahmad Nuradi penuh kejanggalan. Tidak ditemukan tanda-tanda fisik seperti umumnya korban bunuh diri atau gantung diri. Bahkan, keluarga menuding pihak RSJ berusaha menutup-nutupi fakta sebenarnya," ungkap Erick. 

Kematian Ahmad Nuradi terjadi pada Jumat malam (25/4/25), namun cepat-cepat diklaim sebagai bunuh diri oleh pihak rumah sakit. Keputusan sepihak ini mengundang kecurigaan mendalam dari keluarga korban serta aktivis, mahasiwa dan masyarakat yang menilai ada indikasi kuat kelalaian atau bahkan malpraktik.

"Setelah mendengar pengakuan keluarga korban dan menganalisanya, kita tidak bisa tinggal diam. Ada sesuatu yang disembunyikan di balik kasus ini. Ini bukan sekadar insiden biasa. Ini menyangkut nyawa manusia," tegas Humas dan Informasi DPP LSM BERANTAS itu. 

Lebih lanjut, LSM-BERANTAS menyatakan bahwa selain dugaan malpraktik, ada indikasi kelalaian serius dari pihak RSJ Tampan yang mengakibatkan kematian Ahmad Nuradi. Karena itu, mereka menuntut transparansi penuh dan kejujuran dari pihak rumah sakit jiwa (RSJ) tampan. 

"Jika kasus ini tidak dibuka secara transparan, kami bersama elemen mahasiswa akan menggelar aksi demonstrasi besar-besaran. Kami minta pertanggungjawaban penuh dari RSJ Tampan," ancamnya. 

Pihaknya juga meminta rumah sakit untuk tidak mempermainkan proses hukum serta menghormati hak keluarga korban mendapatkan keadilan.

"Kami ingin pihak RSJ menyadari bahwa nyawa manusia bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng. Mereka wajib memberikan penjelasan terbuka kepada publik dan keluarga almarhum," tegasnya.

Ditegaskan pula bahwa saat ini, LSM-BERANTAS tengah intensif berkoordinasi dengan keluarga korban, baik itu perkembangan kasus ini dan juga nantinya terkait rencana aksi. Mereka memastikan bahwa gerakan ini akan digelar secara besar-besaran apabila tidak ada itikad baik dari pihak RSJ dalam beberapa hari ke depan.

"Mereka sudah buat laporan resmi. Kami terus berkoordinasi dengan keluarga korban untuk memperkuat bukti dan memperjelas kronologi kejadian. Aksi kita nanti akan menjadi alarm keras agar semua pihak bertanggung jawab," tutup Erick D Simanjuntak. 

Sementara itu, hingga berita ini diterbitkan, Direktur RSJ Tampan, dr. Prima Wulandari, belum memberikan jawaban atas konfirmasi yang diajukan tim media LSM BERANTAS.

"Sebentar pak. Saya lagi di pesawat," tulis dr. Prima Wulandari melalui pesan WhatsApp pada Minggu (27/4/2025) sekitar pukul 18.00 WIB.

Namun, hingga pukul 21.10 WIB saat berita ini diterbitkan, belum ada klarifikasi atau keterangan lanjutan dari Direktur RSJ Tampan tersebut. (Red)